Kecewa. Iya, kecewa. Judul tulisan kali ini enggak menyimpang sama sekali dengan isi tulisannya, begitu pula dengan isi hati si penulis.
Pada tulisan yang lalu-lalu aku pernah bilang kalau aku apply di salah satu beasiswa asing untuk melanjutkan kuliah S1. Aku punya niat bulat sejak dua tahun terakhir untuk kuliah di luar negeri. Kenapa sih se-ambis itu? Iya, se-ambis itu, karena banyak banget alasan yang bikin aku ingin ke luar negeri. Dimulai sejak nonton vlog-vlog mahasiswa Indonesia di Eropa. Gak tau kenapa suka merinding aja gitu setiap nontonnya dan jadi punya semangat buat maju. Buat aku kuliah di luar negeri, even itu di Singapura sekalipun yang deket bisa bikin kita punya pikiran yang berbeda dari apa yang kita punya di Indonesia. Itu sih salah satu alasan aku kenapa pingin banget untuk kuliah ke luar negeri ketika S1. Semua orang menyerankan aku untuk ke luar negeri ketika S2 aja, tapi kalau dipikir-pikir, S2 itu waktunya singkat dan gak sebanyak S1, jadi 'yang didapat' pun juga pastinya gak sebanyak itu. Kalau boleh jujur, keluargaku bukan tipe keluarga yang open minded, terlebih ayahku. Dari SMP aku punya cita-cita menjadi diplomat, sehingga untuk menunjang ilmu diplomasi-nya aku ingin banget masuk Hubungan Internasional di UI. Ya memang sih UI berat banget, tapi kalau udah cita-cita mah gak bisa dilepas. Tapi bapakku beda, dia pingin aku masuk Hukum dan jadi dosen, plus, ada plusnya nih, aku kuliahnya di Universtas Andalas, salah satu univ negeri di Padang. Bukan gak mau sih, tapi kan I have my own dream gitu. Keras kepala sih, tapi aku gak bisa gini-gini aja dong. Punya ketakukan sih, nanti pas tamat kuliah nyari kerja juga diatur-atur harus ini harus itu. Ya sudah lah, aku menyerah.
Kecewa tadi sebenarnya itu terjadi kemarin. Ada hubungannya juga dengan beasiswa. Jadi dua bula yang lalu aku sempat apply beasiswa dan kemarin kabarnya sudah keluar siapa aja yang lanjut ke tahap interview. Dan seperti dugaan terburuk, sampai detik ini aku belum dapat secarik e-mail atau konfirmasi bahwa aku lolos ke tahap interview, yang artinya aku tidak lolos seleksi berkas. Kecewa. Ini kali ke-5 aku gagal untuk cari ilmu ke luar negeri. Ikhtiar dan tawakal udah dilakukan, tapi lagi dan lagi, aku gagal. Kemarin pagi ketika aku membuka e-mail dan akun aplikasi beasiswa, there wasn't one word yang bilang "selamat". Semenyedihkan itu. Aku coba reload berkali-kali, it was just empty. Seketika pikiran blank dan gak tau harus gimana. Kemarin ketika apply aku pilih 12 jurusan semuanya full HI. Segitunya aku pingin masuk HI. Ada yang bikin aku heran, biasanya kalau sesuatu yang aku harapkan dan aku gak dapet pasti bakal sedih parah kemudian nangis diem-diem, jadi inget tiga setengah tahun yang lalu, tapi kali ini sama sekali aku gak nangis dan gak tau kenapa gak bisa. Ya mungkin Allah kasih kekuatan juga bagi orang-orang kaya aku yang belum beruntung. Aku seneng sih gak sedih, walaupun kecewa, tapi itu emang udah fitrahnya kecewa ketika gagal.
Tapi ada beberapa orang yang bikin aku merasa bersalah, mereka yang udah bantu aku urus berkas-berkas dan bantu aku ketika aku gak tahu gimana applynya. Ibuku yang ketika itu yang dalam seminggu sampai empat kali ke sekolahku cuma buat urus berkas-berkasnya, kebetulan ketika itu aku sedang di Padang dan tidak di Lombok. Kemudian staff TU sekolah juga, pak kepsek juga. Maaf ya bu, pak, saya belum dapat rezeki kali ini. Kemudian salah satu awardee yang udah banyak aku tanyain mengenai beasiswa ini, Kak A. Beliau baik banget parah, bahkan aku gak nge-DM, tiba-tiba malam-malam pas mau tidur dia DM aku. Semoga kakak sukses di sana, kak. Makasih banyak atas bantuan kakak.
Mungkin itu aja sih isi dari "Kecewa" kali ini. Semoga tidak ada lagi kecewa-kecewa lainnya, besok dan lusa. Doakan makhluk yang menulis tulisan ini 'menang' di percobaan ke-6. InsyaAllah tulisan ini akan jadi saksi bahwa sukses itu gak mudah. Besok, lusa, aku baca tulisan ini lagi di tanah yang belum pernah terpijak, dilangit yang belum pernah dipandang dan udara yang belum pernah terhirup. Terima kasih.
-Nadhira Fahrin, yang kembali gagal, tapi besok tidak.
Nadhira Fahrin, Yogyakarta 7/15/2018 10.35 WIB
Komentar
Posting Komentar