Langsung ke konten utama

Terakhir

Siapa sangka seorang murid nakal yang ketika SD pernah 2x dihukum bersihkan kamar mandi dan masuk ruang kepsek tapi gak tau kepseknya marahin apa sekarang punya blog dan cukup sering nulis walaupun gak rutin-rutin amat. Persis seperti itu kehidupan. Boleh jadi hari ini kamu cuma rebahin kepala pas guru Sejarah Indonesia mendongeng di depan kelas, ngulang-ngulang materi yang dari kelas 3 SD itu-itu aja yang dibahas, sepuluh tahun lagi jadi lawyer ulung. Kita gak ada yang tahu.

Benar-benar gak terasa gimana pertama kali aku masuk SD, ketika itu di Bukittinggi, Sumatera Barat. Masih inget banget beli apa aja buat persiapan masuk SD. Bahkan, ketika itu masih ingat sekali aku beli penghapus pensil, dan bau penghapusnya masih terbayang sampai sekarang. Bentuk rautannya juga masih terbayang. Sampai kelas empat, kemudian pindah ke Solo, Jawa Tengah. Saat ini benar-benar culture shock karena kehidupan dan orang-orang di Jawa dan Sumatera beda banget. Bayangin aja, anak yang logat minangnya kentel banget kaya di @minang.kocak ketemu pelajaran Basa Jawa dan harus paham 'hanacaraka' padahal mah pelajaran BAM (Budaya Alam Minangkabau) aja masih keteteran kaga ngerti gurunya jelasin apa. Tapi gara-gara itu aku jadi banyak tahu hal-hal baru seperti Aksara Jawa, Tembang, Macapat, dan teman-temannya. Sempat terpikir juga mau kuliah di UI ambil jurusan Sastra Jawa, tapi lucu aja kalau 'urang awak' kuliah Sastra Jawa hahaha. 

Kemudian 2012 balik lagi ke Sumatera, tapi ke tempat yang bener-bener asing banget pas itu. Tau daerah itu juga karena waktu SD ada temen pindahan dari sana. Dimana? Bengkulu. Asing banget deh pokoknya Bengkulu pas itu. Pas di Jawa selalu mudik via darat, tapi gak sekalipun lewatin Bengkulu. Dan pas pertama kali datang ke Bengkulu juga kaget parah karena bandaranya yang mirip terminal bis wkwkwk. Disana sampai bulan Desember 2015, 3,5 tahun. Lebih enak karena bahasany kayak Bahasa Minang, jadi mudah dipraktekan. Alhamdulillah pas pindah Bandara Fatmawati Soekarno udah berangsur bagus. Mudah-mudahan bentar lagi jadi bandara internasional, ya. Di Bengkulu aku tinggal deket banget sama rumahnya Ibu Fatmawati Soekarno, di daerah Penurunan. Jalan kaki 50 meter langsung nyampe. Tapi sayangnya aku baru sekali ke sana, karena dulu masih belum tertarik kunjungin yang gitu-gitu. 

Januari 2017, gumaman yang dulu gak segaja terucap gara-gara stalking instagram temen terkabul. Aku pindah ke Lombok. Lombok itu di Nusa Tenggara Barat ya guys, ibu kotanya Mataram. Jadi lebih tepatnya aku pindah ke Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Wah, jauh. Tapi kerennya ya itu, ucapan adalah doa. Dulu 2013 atau 2014 temenku ada yang pergi ke Lombok, , jalan-jalan. Dalam bayanganku ya mahal tiketnya, jalan-jalannya, biaya-biayanya, sampai terucap "Duh, dia ngabisin uang berapa ya buat kesana?", "Mahal gak ya tiketnya?","Kapan aku bisa kesana?". Gak berharap banget sih bisa kesana, tapi atleast ya nyentuh tanah 'timur' sekali aja gitu. Dan gak ngangka aja 2017 dan sampai tulisan ini ditulis aku masih di Lombok. Magic. Hahaha.

Selain ada enaknya yang bisa jalan-jalan pantai ini pantai itu, ada yang bikin gak enak. Gak sesuai prediksi, ternyata aku gak bisa sekolah di sekolah dengan reputasi yang sama dengan sekolahku yang di Bengkulu. kecewa ya pasti ya. Kondisi sekolahnya yang enggak aku banget bikin aku males sekolah dan malas sosialisasi. Sekolah-pulang-sekolah-pulang, gitu tiap hari. Setiap pulang selalu ada sesuatu yang nyebelin yang dibawa pulang. Pokoknya benci banget deh. Susah banget menyesuaikan diri. Aku 9 tahun sekolah di sekolah islam dan baru pas SMA masuk negeri jadi culture shock parah pas awal-awal pindah. Di kelas yang isinya dua agama, Hindu dan Islam jadi kaya ada dua budaya yang beda banget. Tapi 2017 pertengahan sedikit-sedikit udah mulai bisa menyesuaikan diri. Terima kekurangan teman, walaupun ada yang udah keterlaluan, tapi yasudah lah ya. 

Ternyata ada titik dimana aku menyadari kalau dapat sekolah ini campuran antara karma dan pelajaran yang dikasih Tuhan buatku. Karma mungkin karena pas SMP suka ngata-ngatain orang kaya cabe. Sekarang udah bisa bedain mana cabe asli mana yang palsu HAHAHA. Pelajaran banget ketika kamu bisa dalam satu lingkup dengan yang sebelumnya bukan bagian kamu. Merasakan banget yang namanya kekurangan tapi masih bisa hidup. Kalau boleh dibilang, mostly dari mereka banyak yang memutuskan untuk bekerja setelah tamat ini, padahal dulu aku selalu punya pemikiran kalau semua anak SMA yang udah tamat pasti kuliah. Tapi mereka enggak. Ada yang mau kerja jualan mutiara, ada yang mau di mini market. Bisa kejadian seperti ini banyak faktornya, mulai dari finansial, keluarga, lingkungan dan lain-lain. Klau dihitung-hitung yang punya niat untuk kuliah gak sampai 10 orang. Sedih? Pasti. Siapa yang gak sedih. Tapi begitu kenyataannya. Beberapa ada yang aku ajak untuk tetap mendaftar kuliah dan apply program Bidik Misi untuk bantu kemampuan mereka. Ada yang mau ada yang tidak. 

Ternyata gak terlalu buruk sekolah di tempat yang sekarang. Dulu aku sering banget ikut event-event nasional dan gak satupun lolos. Mungkin rezekinya di sekolah ini, jadi alhamdulillah kemarin aku ikut beberapa event nasional. Ada yang aku terima ada juga yang aku tolak walaupun lolos tesnya. Bersyukur parah, ternyata surat Al-Baqarah Ayat 216 itu nyata.
Source: google.com

Yang kadang kamu gak suka, padahal itu yang terbaik untuk kamu sendiri. Banyak banget yang aku syukuri selama dua tahun sekolah disini. Yang katanya ujian ternyata yang perlu disyukuri banget. Dan terbukti, sekarang jadi gak mau pisah sama temen-temen di sekolah. Sebelumnya hampir tiap semester ditawarin pindah sekolah, tapi ada aja yang bikin ragu untuk pindah. Sejak 2017 akhir semakin yakin kalau ini emang 'jalan gue'. Gak peduli lah gimana kata orang aku sekolah di sekolah yang sekarang, yang jelas Dewi Fortuna-nya ternyata di sini. Gak ada yang perlu disesali ternyata. 

Besok, Sabtu, 4 Maret 2018, (probably) hari terakhir KBM aktif di kelas, minggu-minggu selanjutnya yang ada cuma UAS, USBN, Simulasi UN, masa tenang, UN, perpisahan. Cepat sekali semuanya berjalan. Sekarang lagi buka pendaftaran SNMPTN. Cuma berharap tahun ini semakin banyak yang lolos SNMPTN, khususnya buat mereka yang masih risau harus kuliah atau tidak. Aku percaya, mereka-mereka yang aku temui tiap hari itu gak cuma berakhir sampai bulan April ini aja. Jalan mereka pasti panjang. Bukan cuma mereka yang aku harapkan, tapi diri aku sendiri. Aku benar-benar berharap melalui aku dan teman-teman sekolah gak cuma dipandang setengah mata. Saat ini persaan untuk bisa bikin sekolah punya nama itu tinggi banget. Pingin gitu sekolah gak cuma stuck di zona itu-itu aja, tapi bisa berkembang lebih baik lagi.

Terakhir, sebelum masa SMA berakhir, aku cuma mau bilang kalau ternyata yang buruk gak selamanya buruk. Yang buruk itu ketika kita gak bersyukur. Itu yang benar-benar aku rasakan so far. Doanya, semoga masa SMA ini bisa jadi bekal untuk aku dan kamu buat menghadapi dunia yang katanya kejam. Masa SMA untuk diceritakan dan diwariskan ke cucu-cucu nanti. Masa SMA sebagai amunisi untuk hidup sampai tua. Gak ada yang perlu disesali (ternyata). 

Setamat SMA ini aku punya beberapa plans untuk kuliah, salah satunya lolos di salah satu PTN di Indonesia dan juga jadi awardee beasiswa pemerintah di suatu negara di dunia. Ini to be honest semata-mata buat kibarin nama sekolah, biar lebih kuat lagi ketika diterpa angin #a6. Benar-benar pingin buktikan kalau ada masanya sekolah ini bisa berdiri dengan baik. Yakin deh, kalau alumninya bergengsi, Insya Allah, adik-adik yang sekarang di sekolahku bakal semangat juga untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, gak cuma di sekitar Mataram aja, tapi juga perguruan tinggi bergengsi di Indonesia, bahkan di luar negeri, alias going study abroad with scholarship #a6.

Oke lah. Buat kalian para pejuang SNM, SBM, Mandiri dan Scholarship Hunter, semoga tahun ini jadi tahun teman-teman untuk dapat kesempatan ini. Dan yang paling penting di momen-momen terakhir SMA ini semoga membawa kesan baik untuk kita. Selamat Berjuang!

Nadhira Fahrin 22.10 3/2/2018 Lombok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa

Foto ini di ambil pada tanggal 1 Januari 2017 oleh Nadhira Fahrin. Kepada tanah yang kuinjak, aku tahu ini bukan sehari-dua hari engkau terbentuk. Kepada tanah yang kujunjung, aku tahu bukan hanya aku yang menjunjung. Kepada tanah yang kubanggakan, banyak yang memilikimu, bukan?  --- Hari ini, 18 April, aku memandangi layar sebuah benda hitam dengan layar dan potongan-potongan huruf, ini buah dari kemajuan akal serta pikiran manusia, bukan? Hari Ini, 18 April, aku menyanyikan lagu yang benar-benar terasa masuk ke hati, ini berkat sebuah perjuangan ratusan tahun, yang terekam oleh sejarah itu, bukan? Hari ini, 18 April, aku makan dengan lahap di sebuah meja makan di rumah, dengan lauk pauk beragam, dengan tangan kanan kosong, yang hadir oleh tangan-tangan luar biasa di medan dapur itu, bukan?  --- Untukku, 17 tahun, apa yang sudah kamu lihat 17 tahun ini? Jangan muluk-muluk 17 tahun, apa yang telah kamu lihat kemarin? Kamu lihat yang diharapkan? At...

Top 5 Korean Movie by Nadhira Fahrin

오랜만 이네!! 무슨 일이야?? Udah sebulan gak nulis di blog. Sebenarnya bukan karena gak mau nulis lagi, tapi belakangan sibuk kuliah, jadi gak ada waktu. 'Kok tumben nulis-nulis Korea, Bahasa Indonesia aja masih remidi'. Mungkin ada yang kepo tulisan Korea di atas artinya apa, mba-mas boleh cari di Google artinya apa. Bisa tau beginian sebenarnya karena keseringan nonton variety show korea sih. Kalau drama aku kurang suka, kayanya setelah 1,5 tahun gak nonton drakor, baru sekarang nonton lagi. Sefanatik itu aku sama aktor Do Kyungsoo (EXO), karena gak suka drakor ya aku gak nonton. Drama yang sekarang lagi aku tonton judulnya " Heart Surgeon ". Sesuai judulnya, drama ini tentang kehidupan di departemen Torakoplastik di rumah sakit. Bukan Operasi plastik ya, Torakoplastik. Apa itu Torakoplastik? Tanya mbah google. Kita gak akan bicarain drama korea, kali ini aku mau kasih review dan rekomendasi film Korea yang selama ini aku tonton. Setelah gak doyan lagi nonton drama, ...

Makan Sushi

Hari ini tanggal 22 Desember 2017 gue udah gak bisa banget nahan rasa penasaran gue. Kayanya Insya Allah kapan aja gue mau gue bisa-bisa aja sih beli, tapi gue kayak punya komitmen sendiri buat ga makannya. Apa itu? Sesuai judulnya, Sushi. Yup, Sushi.  Bicara mengenai sushi pastinya ada kaitannya dengan Jepang, secara Jepang negara asalnya si Sushi ini, ya kan. Nah, kebetulan dari SMP sekitar tahun 2014 gue tuh pingin banget ke Jepang dan punya komitmen untuk makan sushi di negara asalnya. Gue gak mau makan sushi di Indonesia biar gue punya bayangan dan ekspektasi bagus lah gitu sama sushi. Gue menghindari banget lah yang namanya makan sushi. Oh ya, yang gue maksud itu bukan roll sushi degan isian nugget, sosis, abon atau apa lah itu yang matang dan yang dijual di kantin-kantin. Yang gue maksud itu sushi yang pake nasi dikepal terus atasannya ikan mentah gitu, loh. Seperti ini: Ini namanya Nigiri Sushi. Biasanya atasannya Salmon, Tuna, Telur, Udang atau jenis seafood lainny...