Foto ini di ambil pada tanggal 1 Januari 2017 oleh Nadhira Fahrin. |
Kepada tanah yang kuinjak, aku tahu ini bukan sehari-dua hari engkau terbentuk.
Kepada tanah yang kujunjung, aku tahu bukan hanya aku yang menjunjung.
Kepada tanah yang kubanggakan, banyak yang memilikimu, bukan?
---
Hari ini, 18 April, aku memandangi layar sebuah benda hitam dengan layar dan potongan-potongan huruf, ini buah dari kemajuan akal serta pikiran manusia, bukan?
Hari Ini, 18 April, aku menyanyikan lagu yang benar-benar terasa masuk ke hati, ini berkat sebuah perjuangan ratusan tahun, yang terekam oleh sejarah itu, bukan?
Hari ini, 18 April, aku makan dengan lahap di sebuah meja makan di rumah, dengan lauk pauk beragam, dengan tangan kanan kosong, yang hadir oleh tangan-tangan luar biasa di medan dapur itu, bukan?
---
Untukku, 17 tahun, apa yang sudah kamu lihat 17 tahun ini?
Jangan muluk-muluk 17 tahun, apa yang telah kamu lihat kemarin?
Kamu lihat yang diharapkan? Atau kamu lihat kekecewaan?
Untukku, 17 tahun, berkeinginan itu perlu, tapi kau tahu ego? Bahkan bila tak diundang ia akan terus datang. Perlu untuk kau kendalikan.
Untukku, 17 tahun, lebih tepatnya ini bukan untukku, tetapi untuk yang ingin kuselamatkan. Apa betul yang dapat kuharapkan dari seorang seperti kuini.
Untukku, 17 tahun, ini benar-benar bukan sekedar mini seri, ini sungguhan. Kepada Allah, tak ada harapan lain selain "Selamatkanlah 'tempat tinggalku'".
Untukku, 17 tahun, di esok hari aku berbenar, tiada sekutu bagimu, Allah ta'ala yang telah menciptakan langit dan bumi, yang telah menciptakan isinya dan mengatur segala aspek kehidupan. Hanya perlindungan-Mu dari segala kejahatan yang diminta.
Untukku, 17 tahun, tak pernah ada kata terpaksa, karena untuk "Mu", apa yang tidak?
Untukku, 17 tahun, biarkan kali ini menjadi caraku untuk membela tanahku.
Untukku, 17 tahun, biarkan bangsaku yang menikmatinya. Menikmati doa-doamu.
-------------------------------------------
Nadhira Fahrin, 18 April 2017 10.46 WITA
p.s= Aku memang bukan warga DKI, tidak berdarah Betawi, tetapi sejak SMP sendiri pernah bermimpi bisa bekerja di Ibu Kota. Mungkin terkesan norak tetapi begitulah jadinya kalau memang sudah mimpi.
Kebetulan bulan ini adalah bulan kelahiranku, maka untuk menyambut ulang tahun ke-17 aku membuat tulisan ini. Tulisan ini menggambarkan bahwa pada ulang tahun ke-17 bukan doa untuk diri sendiri yang lebih kuutamakan, tetapi untuk salah satu kota impianku, Jakarta.
Tulisan ini tidak bermaksud ingin menyinggung pihak manapun. Dan juga bukan hanya ditujukan untuk Jakarta saja tetapi juga Kota Padang, Bukittinggi, Surakarta, Bengkulu dan Mataram (kota yang pernah aku tempati).
Ih qaqa .. bagus banget tulisannya aku suka trs berkarya ya
BalasHapusiya qaqa maqasih banget qaqa.. nama qaqa kaya nama nyoqap qu deh qaqa
Hapus