Gambar ini diambil pada tanggal 28 Juli 2017, ketika akan kembali ke Lombok dari Jakarta. |
120 jam.
Di balik tubir pertanyaan yang menumpuk, di bawah tingginya asa yang bersuara.Dalam terang cahaya fajar menembus celah-celah kosong di pikiran.
Tak ada halangan untuk terjadi, karena 120 jam lagi aku kan tiba.
120 jam.
Ku hitung dengan jari jemariku setiap jam, harus berapa lama lagi baja terbang itu kan membawa.
Riuh gejolak semangatmu yang baru ini kulihat, karena terakhir kali hanya punggung itu yang tampak.
Lusa, salam itu kan tiba, di 120 jam lagi.120 jam.
Asaku nyata, asamu juga. Kelam langit itu tak tampak bila bersama.
Arah itu juga kan kembali sama. Tak perlu kau ragukan itu, karena timur telah memanggil.
Dan dari barat, kan kita songsong mulainya pagi, kan kita bangunkan lelapnya tidur, dan 120 jam lagi, timur kan datang untuk barat.
120 jam.
Katika lambaian terakhir bahkan masih terbayang hingga lelapnya tidur, lambaian baru itu akan datang kembali, saling bertemu.
Kala dua kalimat terakhir itu masih terus terngiang disetiap lamunku, kalimat baru akan segera hadir, In Shaa Allah.
Dan jabat tangan yang membekas, selalu ingat bagaimana itu datang, 120 jam lagi, bila Yang Menyatukan menjadikan, maka terjadi.
Di balik bahu sore itu, di balik sebait sajak malam itu, dan di balik langkah kecil siang itu, akan kembali pada awal baru. Awal baru, karena aku baru.
Siapa bilang itu hanya selintas, ini akan terulang.
Kuatnya hati, tegarnya pikiran, dalamnya ikhlas, ketika itu pula 120 itu akan datang. Dan detik ini lah 120 itu kan datang.
Sampai jumpa di 120 jam, lusa.
Nadhira Fahrin. Lombok, 9 September 2017 22.03 WITA.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman seseorang, ada sedikit pengalaman pribadi juga. Kritik dan saran bisa taruh di kolom komentar. Terima kasih (:
Komentar
Posting Komentar